Rabu, 05 Oktober 2016

GENDENGMOLOGI

Seperti biasanya, ritual beli kopi dan beli rokok di warung depan komplek, saya lakukan juga kemarin. Begitu keluar gerbang saya lihat ada 3 orang satpam lagi serius nonton tv di pos. Ah tumben satpam komplek saya pada ngumpul bertiga jam segini (udah ampir jam 11 malam), biasanya jam 10an udah tinggal si Ujang satpam yg paling muda,  itu jg sambil whatsappan sama si neneng asisten rumah tangga sebelah rumah saya.

Sepulang beli rokok dan kopi, jiwa kepo saya muncul. Saya mampir dulu ke pos satpam, " tumben lu bertiga akur, nonton apaan lu?" Tanya saya. "Eh pak, ini lagi nonton ILC. Kasus Kanjeng Dimas pak.." Jawab pak Deden kepala security komplek saya. "Coba geser dikit, sekalian lu bikin kopi 4 gelas Jang, buat gua sama lu pade" akhirnya saya ikut terdampar di pos satpam dan kemudian tenggelam dalam pembahasan kasus di tv tsb.

Marwah Daud Ibrahim, ketua Yayasan Padepokan Kanjeng adalah seorang yg bisa saya katakan sangat dekat dengan ilmu pengetahuan. Kl tdk salah beliau bahkan mendapatkan gelar doktornya di Washington DC di amrik sana. Orang ini rasional sekali, sangat scientific minded lah.. Tapi tiba-tiba kok jadi begini, ngomong teori transdimensi ngalor ngidul gak jelas serta membela dimas kanjeng yg diduga melakukan penipuan. Saking gregetan saya melihat orang yg rasional tiba-tiba jadi irasional, tiap ibu tsb bicara saya ngedumel sendiri.

"Udah pak, yang waras ngalah" sahut si ujang menanggapi celotehan saya. Akhirnya ILC ditutup dengan sangat menyejukan oleh KH.Hasyim Muzadi mantan ketua PBNU. Saya pulang dengan rokok yang sisa setengah bungkus karena dipalak satpam-satpam komplek, isteri dan anak2 semua sudah larut dalam mimpinya.

Dalam kesendirian saya bersama secangkir kopi LAGI, saya berfikir mungkin benar kata KH Hasyim Muzadi tadi, masyarakat kita sedang sakit. Bayangkan saja seorang dimas kanjeng bisa dengan mudah menipu banyak orang bahkan banyak diantara korbanya adalah seseorang yg punya background pendidikan dan pekerjaan yg luar biasa hebat. Dan modus operandinya hanya dengan trik abal-abal. Jika ini terjadi 20-30 tahun lalu , masih bisa dipahamilah kl ada yg kena penipuan model begini dengan modus penggandaan uang secara magis, tapi sekarang sdh 2016 broerrr...

Teringat kembali kata-kqta si ujang "yang waras ngalah". Mungkin ini sebabnya karena kita kebanyakan mengalah sama yg ga waras, jd sesuatu yg ga waras sudah jadi hal yang lumrah dan akhirnya ketidakwarasanpun menular kepada mereka yg waras. Mungkin udah saatnya kita perlu ilmu baru yg ditambahkan pada kurikulum anak-anak kita yaitu ilmu GENDENGMOLOGI, agar generasi selanjutnya bisa memilah yang mana yg waras dan yang mana yang gendeng alias gila, supaya mereka tidak ikut terkontaminasi dengan semua kegilaan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar