Senin, 04 April 2016

Jakarta dan Para Naga

Seorang teman datang dari luar kota mengunjungi saya dan keluarga. Sebenarnya teman saya dulu jg tinggal di Jakarta lalu kemudian dia pindah bersama orangtuanya ke Medan dan setelah lulus kuliah dia menjadi relawan mengajar anak2 dipedalaman Kalimantan. Kira2 sudah 20 tahun lebih kami tdk bertemu dan facebook yg mempertemukan kami lagi hehe... Seperti yg sudah2 kalau ada teman atau kerabat dari luar jabodetabek saya ajak keliling wisata kuliner di Jakarta. Sebagai fans berat bakmi saya ajak teman saya ke daerah kota, Jakarta barat dan malamnya kami ngobrol2 menikmati kopi di sebuah cafe di wilayah Jakarta Selatan.

Sepanjang perjalanan teman saya memandang terus kearah jendela. Dia berkata "gila bro, Jakarta kok jadi begini. Norak yah udh lama gua gak kesini. Cuma liat di tv doang." Saya pun hanya tersenyum menanggapi teman saya tsb.

Ya... Jakarta sudah berubah pesat. Pembangunan secara masif benar2 merubah kota ini. Gedung gedung mencakar langit kota ini. Lampu-lampu dimalam hari menambah kemilau Jakarta menandakan kota ini tidak pernah terlelap.

Jakarta yang sekarang tentu bukan hanya goresan tangan pemerintah kota Jakarta tapi juga merupakan lukisan dari naga-naga pengembang serta para pengusaha.

Tidak ada yang salah dengan pembangunan dan perkembangan zaman. Jakarta sebagai ibukota tentu harus berkilau hingga tampak dimata dunia. Namun kemilau Jakarta saat ini saya ibaratkan seorang gadis abg yg selfie pakai camera 360. Kelihatan di dp atau profile facebook bening bener pas ketemuan baru keliatan banyak jerawatnya haha... maksud saya Jakarta tak seindah penampakannya, Jakarta punya segudang masalah yg harus dibenahi. Bukan hanya banjir dan macet, tapi juga masalah pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dll.

Jakarta butuh pengembang-pengembang profesional untuk melukis kota ini. Namun lukisan mereka harus sesuai dengan apa yang masyarakat Jakarta inginkan bukan yang para pengembang inginkan. Disinilah tugas pemprov menata ruang kota Jakarta.

Belum lama ini terungkap seorang oknum wakil rakyat menerima suap dari salah satu naga pengembang di Jakarta. Entah apa motif suap tsb, sebelum ketok palu saya blm bisa banyak bicara soal kasus ini. Namun bayangkan jika Jakarta dalam pembangunannya di setir oleh para naga pengembang ini. Anda pasti paham, sebagai pengusaha pasti orientasi mereka adalah uang dan terkadang para pengusaha hitam ini menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang termasuk dgn cara suap demi melancarkan rencana mereka.

Sungguh sangat berbahaya jika pemerintah berisi oknum2 yang siap memuluskan segala keinginan pengusaha demi keuntungan pribadi. Jakarta tidak lagi tertata dengan baik sesuai kepentingan dan kebutuhan rakyat. Apa jadinya kl DKI hanya berisi perumahan mewah dan gedung2 pencakar langit, tanpa taman kota dan tanpa ruang bermain bagi anak2 penerus bangsa? Kemana para pekerja yg hanya hidup dari gaji UMR atau bahkan dibawah UMR? Apakah mereka harus terpinggirkan ke wilayah sekitar Jakarta spt Tangerang, Bekasi, Bogor ataupun Depok? Kemana anak2 bisa bermain bola tau layangan kl tidak ada ruang bermain? Apakah untuk bermain saja mereka harus keluar kota??? Belum lagi ditambah efek samping dari pembangunan yang tidak terkontrol seperti banjir dan macet.

Baru2 ini saya membaca mengenai pajak bagi pengembang dlm proyek reklamasi pantai yg mencapai 15%. Membaca judulnya saya sempat berfikir "ah... ada apa lagi ini hok (Ahok). Belum cukupkah musuhmu sehingga para naga pun kau colek juga?". Namun setelah membaca berita tersebut saya sangat bangga thd Ahok. Ternyata 15% itu Ahok tdk minta berupa uang melainkan sarana bagi para karyawan spt apartement dan fasilitas umumnya. Alasan Ahok sangat luar biasa, agar para pekerja ga perlu jauh2 tinggal diluar Jakarta dan agar kawasan tsb tidak eksklusif diisi rumah mewah.

Jakarta butuh gubernur macam Ahok, meskipun kata orang bacotnya nyelekit tapi Ahok berani bertindak. Berani berkata ya jika ya dan tidak jika tidak. Ahok berani menarik buntut para naga hingga turun kebawah dan ikut melihat penderitaan masyarakat Jakarta yg kurang mampu. Ahok berani memasang tali kekang pada leher para naga agar turut kemauan rakyat. Beginilah seharusnya pemerintahan itu, menyetir dan mengontrol para naga untuk tertib demi kebaikan dan kesejahteraan rakyat, bukannya untuk kepentingan pribadi.

#salam2periode
#guetemanahok
#jakartamilikrakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar